Memahami makna ar-Razzaq, Allah maha pemberi rezeki (2024)

Oleh Abu Abdillah Anton Purbalingga

Salah satu asmaul husna adalah ar-Razzaq yang memiliki sifat ar-Rizqu. Nama ar-Razzaq disebutkan dalam al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 58)

Demikian juga dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan kepadaku:

إنِّي أَنَا الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“(Kata Allah): Sesungguhnya Aku adalah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Shahih, HR. at-Tirmidzi no. 2940, Abu Dawud no. 3993, dan ash-Shahih al-Musnad milik Syaikh Muqbil)

Makna ar-Razzaq

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan makna nama Allah tersebut,

{إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ} أي: كثير الرزق، الذي ما من دابة في الأرض ولا في السماء إلا على الله رزقها، ويعلم مستقرها ومستودعها

“Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rezeki yaitu yang sangat banyak memberi rezeki. Tidaklah ada makhluk di bumi dan di langit, kecuali Allah yang menanggung dan menjamin rezekinya.” (Tafsir as-Sa’di surat adz-Dzariyat ayat 58)

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata,

وَمَعْنَاهُ: الَّذِي يَرْزُقُ عِبَادَهُ رِزْقًا بَعْدَ رِزْقٍ فِي إِكْثَارٍ وَسَعَةٍ.

“Makna ar-Razzaq adalah Dzat yang banyak memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya dengan sangat banyak dan luas, tidak terputus walau sesaat.” (Syarh al-Aqidah al-Wasitiyah)

Nama ar-Razzaq khusus bagi Allah

Nama ar-Razzaq kekhususan bagi Allah, karena merupakan salah satu sifat perbuatan rububiyyah-Nya. Sehingga yang selain-Nya dari makhluk tidak boleh disebut ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki), sebagaimana para makhluk tidak boleh disebut al-Khaliq (Pencipta). Hanyalah para makhluk diberi nama Abdur Razzaq (hambanya Pemberi rezeki) atau Abdul Khaliq (hambanya Pencipta). Allah ta’ala berfirman:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Allah-lah yang menciptakanmu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. ar-Rum: 40)

Jadi, semua rezeki itu di tangan Allah dan yang menyampaikan rezeki kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, wajib menyandarkan rezeki hanya kepada Allah.

Rezeki Allah ada dua macam

Rezeki Allah kepada hamba-hamba-Nya ada dua macam, yaitu yang umum dan yang khusus.

  1. Rezeki yang umum

Rezeki yang umum untuk kebutuhaan anggota badan agar kuat dan dapat bertahan hidup. Rezeki umum ini untuk seluruh manusia yang beriman ataupun yang kafir, bahkan untuk hewan-hewan dan jin sekalipun. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Begitu pula dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، يَدَّعُونَ لَهُ الوَلَدَ، ثُمَّ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ

“Tidak ada yang lebih bersabar atas gangguan yang didengarnya dibandingkan Allah, Allah telah diklaim punya anak, namun Allah memaafkan mereka dan memberi rezeki kepadanya.” (HR. al-Bukhari no. 7378 dan Muslim no. 2804)

Rezeki yang umum terkadang berupa yang halal dan terkadang berupa yang haram. Inilah keyakinan ahlus sunnah, berbeda dengan kelompok Mu’tazilah yang menolak perkara haram sebagai rezeki. Pendapat mereka salah, bahkan yang haram juga bisa disebut rezeki. Karena memang itu pemberian dari Allah, adapun halal dan haram itu terkait cara memperolehnya.

Kenapa yang haram dinamakan rezeki?

Dikarenakan rezeki ini disalurkan kepada anggota badan dan dapat memberikan manfaat dengannya, sehingga hal ini boleh disebut rezeki dari Allah walaupun orangnya berdosa karena memperolehnya dengan cara yang haram.

  1. Rezeki yang khusus

Rezeki jenis ini terbagi menjadi dua:
a. Rezeki bagi hati, berupa ilmu yang bermanfaat dan iman yang benar.

  1. b. Rezeki bagi badan, berupa rezeki yang halal.

Rezeki yang khusus ini dipuji dalam syariat dan dihasung untuk memintanya. Sebagaimana doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya sabda beliau,

اللَّهُمَّ إِني أَسأَلك عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Termasuk ibadah mengharapkan rezeki hanya kepada Allah

Allah Ta’ala memerintahkan agar kita mengharapkan rizeki hanya kepada-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Sesunggunya yang kalian ibadahi selain Allah, mereka tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian. Maka berharaplah rezeki di sisi Allah. Beribadahlah dan bersyukurlah kepada-Nya, hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 17)

Ayat ini menunjukkan bahwa mengharapkan rezeki hanya dari sisi Allah dan ini termasuk ibadah, karena Allah memerintahkannya. Kita tidak boleh berharap rezeki dari selain-Nya, karena selain Allah tidak memiliki apa-apa dan tidak mampu memberi rezeki.

Setelah Allah memerintahkan kita untuk berharap rezeki dari-Nya, kemudian Allah memerintahkan dengan “beribadahlah kepada-Ku” sebagai isyarat bahwa merealisasikan ibadah termasuk didalamnya berharap rezeki. Karena takwa dan taat kepada-Nya merupakan salah satu sebab datangnya rezeki.

Allah Ta’ala berkata,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar. Allah akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Thalaq: 2-3)

Buah Mengimani Nama Allah ar-Razzaq

Di antara buah mengimani nama ar-Razzaq adalah:

  1. Kita mengetahui betapa besarnya karunia dan rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya.
  2. Sebagai seorang mukmin tentu meminta kepada-Nya rezeki yang terbaik, berupa ilmu yang bermanfaat, akidah yang benar, dan rezeki yang halal.
  3. Hendaknya kita senantiasa bersyukur atas rezeki yang Allah berikan kepada kita.
  4. Senantiasa meminta kepada Allah dalam setiap doa kita, karena Dialah yang Maha Kaya dan Maha Mampu, serta tidak memohon rezeki kepada selain-Nya.

Terkait

Memahami makna ar-Razzaq, Allah maha pemberi rezeki (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Dean Jakubowski Ret

Last Updated:

Views: 6028

Rating: 5 / 5 (50 voted)

Reviews: 89% of readers found this page helpful

Author information

Name: Dean Jakubowski Ret

Birthday: 1996-05-10

Address: Apt. 425 4346 Santiago Islands, Shariside, AK 38830-1874

Phone: +96313309894162

Job: Legacy Sales Designer

Hobby: Baseball, Wood carving, Candle making, Jigsaw puzzles, Lacemaking, Parkour, Drawing

Introduction: My name is Dean Jakubowski Ret, I am a enthusiastic, friendly, homely, handsome, zealous, brainy, elegant person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.